Info&tanya jawab

Kamis, 13 April 2017

Kamis Putih, Umat dan Peziarah dari Larantuka Kunjungi Wureh




Foto: Zhanty Kobesi


Menjelang prosesi Jumad Agung, setiap tahun di kota Reinha mempunyai kebiasaan yang mentradisi pada hari Kamis Putih. Pada hari itu, dari pagi hingga siang hari, umat berziarah ke Desa Wure Kecamatan Adonara Barat.
Ribuan peziarah memadati Kapel Tuan Berdiri atau Kapel Tuhan Senhor  di Desa Wureh, Kecamatan Adonara Barat. Umat berziarah ke Wureh untuk memanjatkan doa dan pujian serta memohonkan ujud-ujud khusus di hari Semana Santa. Ziarah ke Wure pun bukan hanya umat Katolik di Larantuka saja, tetapi juga untuk semua peziarah yang datang dari luar Larantuka.
Pantauan media ini di kapel Tuan Senhor Wureh, umat dengan antrian panjang berdiri hingga ke pintu gerbang Kapela. Umat saling berdesak-desakan pada saat menuju ke tangga Kapel.
Sebelum mengikuti ritual cium Tuan, sepatu dan sandal yang dikenakan para peziarah dilepas dan barang-barang bawaan seperti tas dititip ke panitia.
Para peziarah yang datang mengikuti prosesi Jumad Agung di Larantuka dapat melanjutkan ke Wureh. Para peziarah memakai mobil angkot ataupun kendaraan carteran dari terminal Kota Larantuka menuju pantai Kota Rowido atau Sarotari. Di tepi pantai itu, telah ada kapal motor milik warga setempat yang siap mengantar para peziarah ke Wure,dengan tarif Rp.20.000 p/p (pulang-pergi) per orang.
Konon,  beredar kisah legenda, terjadi penampakan Tuhan Yesus pada suatu malam kepada seorang pemuda yang sedang berjalan jalan sendirian. Pada saat itu pikiran sang pemuda sedang kalut atau kusut karena berbagai persoalan hidup yang mendera-nya. Ketika melintasi lokasi tersebut, ia berjumpa dengan seorang pemuda berambut panjang yang sedang menggendong seekor ayam jago.
Singkat cerita, pertemuan singkat terebut membawa dampak positif atau pencerahan bagi si pemuda.
Dengan langkah ringan dan suasana hati yang riang gembira, ia kembali ke rumah dan bisa tidur pulas. Keesokan harinya, saat bangun dari tidurnya, pemuda tersebut teringat peristiwa yang dialaminya semalam lalu bergegas kembali ke lokasi tempat perjumpaan-nya itu. Ia bermaksud ingin mengucapkan terima kasih dan menanyakan nama dan alamat kepada ’pemuda berambut gondrong yang menggendong ayam jago’ itu.
Ternyata setibanya di lokasi tersebut, yang ditemui hanyalah seekor ayam jago yang dilihatnya semalam. Ayam jago itu sddah dalam kondisi menjadi patung. Patung àyam tersebut hingga kini masih ada dan bisa dilihat di samping patung ’Tuan berdiri’. (Teks: Zhanty Kobesi, Edit: Simpet)


Foto: Zhanty Kobesi

Foto: Zhanty Kobesi

Foto: Zhanty Kobesi

Foto: Zhanty Kobesi

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar