Foto: Zhanty Kobesi |
Menjelang prosesi Jumad Agung, setiap tahun di
kota Reinha mempunyai kebiasaan yang mentradisi pada hari Kamis Putih. Pada
hari itu, dari pagi hingga siang hari, umat berziarah ke Desa Wure Kecamatan
Adonara Barat.
Ribuan peziarah memadati Kapel Tuan Berdiri
atau Kapel Tuhan Senhor di Desa Wureh,
Kecamatan Adonara Barat. Umat berziarah ke Wureh untuk memanjatkan doa dan
pujian serta memohonkan ujud-ujud khusus di hari Semana Santa. Ziarah ke Wure
pun bukan hanya umat Katolik di Larantuka saja, tetapi juga untuk semua
peziarah yang datang dari luar Larantuka.
Pantauan media ini di kapel Tuan Senhor Wureh,
umat dengan antrian panjang berdiri hingga ke pintu gerbang Kapela. Umat saling
berdesak-desakan pada saat menuju ke tangga Kapel.
Sebelum mengikuti ritual cium Tuan, sepatu dan
sandal yang dikenakan para peziarah dilepas dan barang-barang bawaan seperti
tas dititip ke panitia.
Para peziarah yang datang mengikuti prosesi
Jumad Agung di Larantuka dapat melanjutkan ke Wureh. Para peziarah memakai
mobil angkot ataupun kendaraan carteran dari terminal Kota Larantuka menuju
pantai Kota Rowido atau Sarotari. Di tepi pantai itu, telah ada kapal motor
milik warga setempat yang siap mengantar para peziarah ke Wure,dengan tarif
Rp.20.000 p/p (pulang-pergi) per orang.
Konon,
beredar kisah legenda, terjadi penampakan Tuhan Yesus pada suatu malam
kepada seorang pemuda yang sedang berjalan jalan sendirian. Pada saat itu
pikiran sang pemuda sedang kalut atau kusut karena berbagai persoalan hidup
yang mendera-nya. Ketika melintasi lokasi tersebut, ia berjumpa dengan seorang
pemuda berambut panjang yang sedang menggendong seekor ayam jago.
Singkat cerita, pertemuan singkat terebut
membawa dampak positif atau pencerahan bagi si pemuda.
Dengan langkah ringan dan suasana hati yang
riang gembira, ia kembali ke rumah dan bisa tidur pulas. Keesokan harinya, saat
bangun dari tidurnya, pemuda tersebut teringat peristiwa yang dialaminya
semalam lalu bergegas kembali ke lokasi tempat perjumpaan-nya itu. Ia bermaksud
ingin mengucapkan terima kasih dan menanyakan nama dan alamat kepada ’pemuda
berambut gondrong yang menggendong ayam jago’ itu.
Ternyata setibanya di lokasi tersebut, yang
ditemui hanyalah seekor ayam jago yang dilihatnya semalam. Ayam jago itu sddah
dalam kondisi menjadi patung. Patung àyam tersebut hingga kini masih ada dan
bisa dilihat di samping patung ’Tuan berdiri’. (Teks: Zhanty Kobesi, Edit: Simpet)
Foto: Zhanty Kobesi |
Foto: Zhanty Kobesi |
Foto: Zhanty Kobesi |
Foto: Zhanty Kobesi |